Black Gei$ha

" Benci dosa tapi cintai pendosa .... elefyu all "

Friday, December 01, 2006

Mengingatmu, Bie...




Mengingatmu, Bie...
Adalah mengingat hari hari silam yang indah, dibalik rona kelam yang melingkupi rapat. Ada warna warna kusam yang melingkupi hidupku dalam memperjuangkan asaku untuk lari dari masa lalu itu. Ada gurat gurat kusam yang mencerminkan duka derita san sunyi yang membelenggu. Ada nuansa nuansa matahari yang memetakan cerita senyum dan tatap matamu.

Aku mengingatnya, Bie...
Aku mencatatnya dengan detak nafas dan irama nadi. Disitu ada kamu, ada cinta, ada kisah kisah suram tentang seorang gadis rapuh yang senantiasa berusaha tetap tegak kukuh, menatap lurus kedepan, menantang tatapan tatapan mata yang tak jemu mencemooh dengan kekejiannya. Cuma bersandar pada sebilah tonggak tekad yang penuh dengan luka luka kikis, hanya berlindung pada sehelai semangat yang telah koyak koyak.

Adalah aku, Bie...
Yang mencatati setiap langkah diri. Tentang letih yang menekan. Tentang tangis yang terperam. Tentang kamu. Tentang tawamu yang menangkap jantungku saat pertama kali aku sadari, bahwa aku mencintaimu. Dan aku tau, sejak saat itu. Aku mengingat dan mencatat bahwa aku benar benar mencintaimu, Bie...

Dan sejak itu pula aku mencatat kejujuran nuraniku, bahwa kehadiran rasa cinta ini hanya untuk mengawali suatu babak baru didalam hatiku, tapi duka lara tetap diatas segalanya. Meski tanpa cetus keluh atau tangis yang ujud. Namun semuanya lengkap ada. Didalam dadaku, didalam diam.

Pada lembar baru cintaku untukmu.
Ada kutulis tentang tangis pertamaku, untukmu! Saat setan dihatiku membawaku datang kehadapanmu untuk ucapkan kata ‘pisah’. Aku memandangmu. Dan kau melihat lurus kedalam mataku, dengan sejuta tanya tersirat. Dan terasa ada yang sakit didalam dadaku. Sakit itulah yang membuatku menangis! Pada saat itu, aku melihat bening merebak dimatamu.

Apa yang kau tangisi, Bie...
Keputusanku, penderitaan hidupku, atau ada sesuatu yang lain yang membuatmu menangis? Maafkan bila aku menyakitimu, Bie...

Dan yang aku takutkan pun menjadi nyata.
Berpisah denganmu membuat kerinduanku semakin bertumpuk padamu. Aku menyadari bahwa aku membutuhkan kehadiranmu sebagai bagian dari hidupku. Ya, jujur saja aku akui bahwa aku tergila gila padamu –hal yang tak pernah aku ucapkan selama kita bersama-. Tetapi pada saat itu aku juga menetapkan sikap, bahwa aku memang mencintaimu, dan cukup itu saja. Sebab untuk selebihnya, aku tak memiliki arti untuk kembali meraih dan memperolehnya. Biarlah hanya angan angan yang kupeluk.

Lalu aku mencintaimu dalam bisu.
Tanpa cetus maksud. Tanpa mimpi mimpi. Murni, utuh, dan kusimpan baik baik dalam lingkup yang paling gelap. Seolah tak pernah ada. Seolah tidak pernah terlahir. Sampai akhirnya kau datang lagi padaku, menghujam lurus kedalam mataku, ‘kenapa kita saling menyiksa, Babe...’ dan aku hanya bisa terisak dan menghambur kedalam pelukanmu.

Menangiskah kau ketika menyadari kenyataan diriku, Bie?
-walau kau tau keputusanku itu adalah demi kebaikan kita?- Sedangkan aku... Yang kumiliki dari dulu hanya tangis dan diam. Menangis dalam diam... Walau semua itu demi kebaikan kita, karena aku mencintaimu, Bie...

Waktu yang berlintasan...

Dan aku terus mengingat serta mencatat setiap langkah hidup yang kilalui.tentang langkah langkah perjuanganku untuk tetap hidup. Tentang langkah langkah sunyi ketika merinduimu. Dan tentang langkah langkahku yang mulai tersendat... terseret... kedalam kabut gelap...!!



Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home